Muslimspot.com

Rabu, 30 April 2008

Asmaul Husna

Oleh: Jondra Pianda, S.Sy.
A. Pengertian Asmaul Husna

Asmaul Husna adalah nama-nama Allah swt. yang baik dan merupakan sifat kesempurnaan Allah wt. Perintah untuk mengenal Asmaul Husna dijelaskan dalam al-qur’an surat Al-Hasyr (59) ayat 24, yang berbunyi:

uqèd ª!$# ß,Î=»y‚ø9$# ä—Í‘$t7ø9$# â‘Èhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJó™F{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç„ ¼çms9 $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ( uqèdur Ⓝ͕yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇËÍÈ

Artinya: “Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” B. Macam-Macam Asmaul Husna

Asmaul husna berjumlah 99 (Sembilan puluh sembilan). Namun demikian, yang akan di bahas di sini adalah sepuluh diantaranya, yaitu:

1. Al-‘Aziz (Yang Maha Perkasa)

Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Al-Ankabut (29) ayt 42, yang berbunyi:

¨bÎ) ©!$# ãNn=÷ètƒ $tB šcqããô‰tƒ `ÏB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB &äó_x« 4 uqèdur Ⓝ͓yèø9$# ãLìÅ6ysø9$#

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk lebih menyadari bahwa manusia, dengan segala keterbatasannya, tidak patut menyombongkan diri. Meskipun dia memiliki kelebihan dari pada manusia lainnya. Dengan mengamalkan ayat ini, kita akan dapat menuntun diri kita untuk selalu menghargai dan menghormati serta berusaha member manfaat bagi orang lain.

2. Al-Wahhab (Maha Pemberi Karunia)

Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Ali ‘Imran (3) ayat 8, yang berbunyi:

$oY­/u‘ Ÿw ùøÌ“è? $oYt/qè=è% y‰÷èt/ øŒÎ) $oYoK÷ƒy‰yd ó=ydur $uZs9 `ÏB y7Rà$©! ºpyJômu‘ 4 y7¨RÎ) |MRr& Ü>$¨duqø9$# ÇÑÈ

Artinya: “(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".

Ayat tersebut mengajarkan kepada kita menyadari bahwa Allah swt. Itu Maha Pemberi yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari manusia. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur dan menghindari perbuatan syirik dengan memohon kepada selain Allah swt.

3. Al-Fattah (Yang Maha Pemberi Keputusan)

Yaitu keputusan yang menyangkut nasib akhir manusia kelak diakhirat. Keputusan untuk memberikan imbalan yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan manusia ketika mereka di dunia. Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Al-Zalzalah (99) ayat 7-8, yang berbunyi:

`yJsù ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB >o§‘sŒ #\ø‹yz ¼çnttƒ ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB ;o§‘sŒ #vx© ¼çnttƒ ÇÑÈ

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.”

Ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa segala perbuatan manusia akan diberi ganjaran yang setimpal atau sesuai. Artinya, gajaran itu tidak akan merugikan atau melebihi atas apa yang telah diperbuat menusia di dunia.

4. Al-Qayyum (Yang Maha Kekal dan Terus-Menerus Mengurus Makhluk)

Maksudnya adalah Allah swt –lah yang mengatur langit dan bumi serta isinya dan Dia tidak memerlukan yang lain untuk melakukan hal itu. Justeru Dialah yang diperlukan oleh mereka. Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini di antaranya adalah qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 255, yang berbunyi:

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPq•‹s)ø9$# 4

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.”

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah swt. Yang menciptakan, mengurus dan memenuhi kebutuhan manusia selama mereka di dunia hingga mereka di akhirat kelak. Dan untuk melakkan itu Allah tidak membutuhkan bantuan dari siapa pun.

5. Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk)

Maksudnya Allah swt. Memberikan petunjuk atau hidayah kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Petunjuk itu berupa kebenaran agama, sehingga mampu membimbing kea rah kebenaran dan keimanan kepada Allah swt. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini di antaranya adalah Qur’an surat Al-Qasas (28) ayat 56, yang berbunyi:

y7¨RÎ) Ÿw “ωöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# “ωöku‰ `tB âä!$t±o„ 4 uqèdur ãNn=÷ær& šúïωtFôgßJø9$Î/ ÇÎÏÈ

Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa hanya Allah swt. Sajalah yang dapat memberi petunjuk. Dan Dia lebih mengetahui siapa saja yang patut dan mau menerima petunjuk itu.

6. Al-Salam (Yang Maha Sejahtera)

Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Al-Hasyr (59) ayat 23, yang berbunyi:

uqèd ª!$# ”Ï%©!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨r‘‰à)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJø‹ygßJø9$# Ⓝ͓yèø9$# â‘$¬6yfø9$# çŽÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß™ «!$# $£Jtã šcqà2ÎŽô³ç„

Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah swt terhindar dari aib dan kekurangan, bahwa hanya Allah swt yang menyelamatkan makhluknya dari siksa neraka, dan bahwa yang memberi salam/ kesejahteraan kepada hamba-Nya kelak di syurga.

7. Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta)

Al-khaliq berarti “mengukur atau memperhalus”. Kemudian dimaknai secara luas yaitu “menciptakan dari tiada” atau “menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu”. Adapun Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Al-‘Alaq (96) ayat 1-2, yang berbunyi:

ù&tø%$# ÉOó™$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Ayat di atas menjelaskan kepada kita tentang betapa hebat dan besarnya Allah swt dalam ciptan-Nya. Sebab, tidak lah ada makhluk yang dapat menciptakan serupa dengan apa yang telah diciptakan Allah swt. Ini melambangkan bahwa menusia tidak mampu menciptakan sesuatu tanpa ada contohnya terlebih dahulu, dan itu pun tidak mungkin sama persis dengan apa yang mereka contoh itu.

8. Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun)

Al-Ghaffar berasal dari kata “ghafara” yang berarti menutupi. Ada tiga hal yang ditutupi oleh Allah atas keadaan manusia, yaitu:

a. Terkait kekurangsempurnaan bentuk jasmani, yang ditutupi Allah dengan kelebihan/ berbagai talenta yang pada akhirnya manusia tidak akan melihat kekurangan itu melainkan melihat kelebihan yang ada padanya.

b. Terkait biiskan hati atau kehendak buruk, dengan cara tak seorang pun mengetahui isi hati dan kehendak buruk seseorang.

c. Terkait perbuatan dosa dan pelanggaran manusia yang seharusnya dapat diketahui oleh orang lain, namun tidak sedikit dosa dan pelanggaran yang manusia tidak mengetahuinya.

Adapun ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah Qur’an surat At-Tahrim (66) ayat 12, yang berbunyi:

$pkš‰r'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# zOÏ9 ãPÌhptéB !$tB ¨@ymr& ª!$# y7s9 ( ‘ÉótGö;s? |N$|ÊötB y7Å_ºurø—r& 4 ª!$#ur Ö‘qàÿxî ×LìÏm§‘ ÇÊÈ

Artinya: “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

9. Al-‘Adlu (Yang Maha Adil)

Ayat al-qur’an yang berkaitan dengan nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat Al-Infitar (82) ayat 7, yang berbunyi:

“Ï%©!$# y7s)n=yz y71§q|¡sù y7s9y‰yèsù ÇÐÈ

Artinya: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt. memberikan keseimbangan pada diri manusia dengan ukuran yang cukup sesuai dengan kemampuan dan peranan manusia, sehingga manusia dengan ukuran dan kemampuannya mampu untuk berbuat adil di muka bumi ini.

10. As-Sabur (Yang Maha Sabar)

Dalam penjelasannya, Imam Ghazali memaparkan bahwa As-Sabur sebagai sifat Allah yang Maha Sabar dalam melakukan sesuatu, semua dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada. Allah swt. Tidak menundanya dari waktu yang ditentukan, begitu pula sebaliknya tidak mempercepat waktunya sehingga tergesa-gesa. Di antara ayat al-qur’an yang berbicara masalah nama Allah swt. Ini adalah qur’an surat As-Sajdah ayat 24 , yang berbunyi:

$oYù=yèy_ur öNåk÷]ÏB Zp£Jͬr& šcr߉öku‰ $tR͐öDr'Î/ $£Js9 (#rçŽy9|¹ ( (#qçR%Ÿ2ur $uZÏG»tƒ$t«Î/ tbqãZÏ%qãƒ

Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”

Ayat al-qur’an diatas mengajarkan kepada manusia untuk bersabar dalam tiga hal, yaitu:

a. Bersabar dalam mengerjakan ibadah (Q.S. Taha [20] ayat 132)

b. Bersabar dalam menghadapi musibah (Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 155)

c. Bersabar dalam menahan hawa nafsu.

C. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Asmaul Husna

1. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-‘Aziz (Maha Perkasa)

Yaitu sikap percaya diri untuk tidak tidak terombang-ambing oleh bisikan teman dalam mengerjakan soal-soal ujian.

2. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Wahhab (Maha Pemberi)

Member uang kepada teman yang tidak punya uang jajan dan bersedekah kepada para peminta.

3. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Fattah (Pemberi Keputusan)

Tegas dalam memberi keputusan untuk tidak mengikuti ajakan teman untuk membolos atau berbuat salah, sebab ia tahu akibatnya.

4. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Qayyum (Berdiri Sendiri)

Yaitu mampu bersikap mandiri, misalnya dalam mengerjakan soal ujian atau tugas perorangan, dapat dikerjakan sendiri dan tidak mencontek milik orang lain.

5. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Hadi (Pemberi Petunjuk)

Yaitu jika misalnya kita lebih paham tentang suatu ilmu yang diajarkan guru, maka kita seharusnya memberikan pemahaman juga kepada teman kita yang tampak belum paham.

6. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna As-Salam (Maha Sejahtera)

Seorang pelajar hendaknya bercita-cita tinggi untuk membalas budi baik orang tuanya yang telah membiayai sekolahnya di kemudian hari. Hal ini merupakan cita-cita yang sangat mulia walaupun sebenarnya orang tua tidak mengharapkan imbalan atas apa yang mereka lakukan kepadanya. Dengan kata lain, dia bertanggungjawab kepada kesejahteraan orang tuanya di hari tua mereka nanti.

7. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Khaliq (Maha Pencipta)

Sebagai seorang pelajar hendaknya kita bersikap produktif dan inofatif, misalnya aktif dalam organisasi dan menciptakan prestasi-prestasi membanggakan baik akademik ataupun non-akademik.

8. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Ghaffar (Maha Pengampun)

Misalnya, ketika seorang teman berbuat salah kepada kita baik secara senghaja ataupun tidak, kita harus memaafkannya dengan tulus dan menyadari bahwa tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah.

9. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-‘Adlu (Maha Adil)

Misalnya sebagai seorang pelajar tugas kita adalah belajar. Namun demikian, tidak berarti bahwa kita tidak punya waktu untuk membantu orang tua atau bermain (berolah raga) karena alasan itu. Kita harus adil dalam membagi waktu sehingga keseimbangan jasmani dan rohani kita dapat kita capai.

10. Perilaku yang mencerminkan asmaul husna Al-Sabur (Maha Sabar)

Misalnya dalam menghadapi ujian kita telah belajar dengan giat, namun pada saat pembagian raport nilai yang kita peroleh tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita harus sabar, dan terus belajar yang giat, sebab pantang menyerah juga termasuk dalam pengertian sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar